Terbanyak di Baca

Arsip Blog

Harapan Sesaat


Tuhan,,!
Jika benar Kau ciptakan
Lautan dan daratan
Sebagai tabir pada mahligai cintaku
Maka izinkanlah aku
Terlelap dalam perangkapnya
Walau hanya sesaat
Tuhan,,!!
Jika Kau akan tenggelamkan
Mentarimu ke perut bumi
Izinkanlah tanganku tuk menepisnya
Hingga tak ada kata-kata
GOOD BYE
Pada mahligai cintaku

Tuhan,,!!
Kaulah satu tuhanku
Dan muhammad nabiku
Maka cintaku pun hanya satu
Yaitu hambaMu ,,,??

Kidung masalalau dari seberang pulau
Madura 2012

Di Telapak Birahi



Otak sering tak bergeming.

tak berdaya dibekap nafsu.
berkilah yaumul mizan adalah semu.
tak sanggup aku.
berulang kali birahi menelanjangiku
menggauliku dipuncak nikmat kemaksiatan.
menyeret pikir warasku ke tiang penyesalaan.
melemparku ke liang ketakutan,

Tuhan...!
begitu tak berdayakah aku.?
beginikah symbol pegorbanan.?
pengorbanan kehormatan di ranjang kebiadaban.
hendak ku kemanakan wahyu dan firmanMu yang ku abaikan..?

Adzan-adzan yang dikemundangkan.
terdengar ramai begitu membisingkan.
Khotbah-khotbah begitu keras di teriakkan di mimbar jum'atan.
tapi aku masih saja kalap kebigungan.
memulai praktek-praktek berbau kecurangan.
merias diri dengan topeng kemunafikan.
meracuni umat dengan jubah kesucian.

Tuhan...!
Hitam tetaplah hitam.
dan putih tetaplah putih.
Engkau Maha Tahu.
wallahu a'lam......!

By : Anonim
Malang. 11 Juni 2013






SUGESTI

aYa ! Aku dapat membaca
rangkaian prosa pada lembar
senyummu tadi malam, Purnama.

Lalu aku jilati air mata yang
hendak lirih pada jiwaku sendiri,
meski sejujurnya masih terdapat
tiga tanda tanya yang cukup
gelap untuk kupahami.

Sementara kau terus
mendesakku mengakhiri
rangkuman kisah ini.
Sungguh bagiku masih terlalu
misteri.

Katamu, 'tak usah kau ratapi'.
Bagiku, 'ini seperti mendzalimi
diri sendiri'.

Mungkin akulah lelaki yang
sebenarnya tumbuh dalam
bayang2 dongengmu selama ini.
Aku hidup untuk meludahi &
menertawakan deritaku sendiri.

Maka, biarlah di pangku langit
aku rebahkan tabir nasib ini.
Di punggung bumi aku kubur
misteri hidup ini.

Garis langkah adalah garis nurani
yang harus aku tempuh
sendiri.
Meski aku harus terperangkap
rayuan angin yang
dengan lembut mencumbui
hasrat ini.


Oleh : Darah Purnama

Kata-kata

Sepercik sesal telah pergi
Bersama duka gelisah
Terbang tinggi di angkasa
Terkubur rapi di tanah nisan
Bertuliskan sesal ketika kembali

Kepada angin nama berdiskusi
Menulis keluh-kesah berkabut kelabu
Bintang-bintang merapat dedaunan
Di sana kita berjumpa
Bertatap muka berjabat tangan
Dengan perkenalan kata-kata

Siapa namamu?
Namaku luka sakit hati
Di mana rumahmu?
Dalam gubuk yang tersakiti
Di mana kelahiranmu?
Di tempat terang bercahaya harapan

Ditepi jembatan kata-kata kasih sayang terbunuh
Tergadai harapan kosong tanggung jawab durhaka
Sembunyi jangan keluar dari permukaan
Menjadikan kebencian dan kesombongan sejati
Sakit karena tersakiti akan lama disembuhkan
Tetapi sakit karena luka akan sembuh dengan cepat

Bukannya mimpi yang akan membawa kedamaian
Kenyataan yang akan membawa kesengsaraan
Ini kisah burung-burung ditembak atau terpenjara dalam sangkar
Haruskan cinta dan rindu dipaksa demikian
Melemparkan dusta dari penjuru dusta


Oleh : Puisi Adalah Imajinasiku

SENYUM