Terbanyak di Baca

Arsip Blog

SUGESTI

aYa ! Aku dapat membaca
rangkaian prosa pada lembar
senyummu tadi malam, Purnama.

Lalu aku jilati air mata yang
hendak lirih pada jiwaku sendiri,
meski sejujurnya masih terdapat
tiga tanda tanya yang cukup
gelap untuk kupahami.

Sementara kau terus
mendesakku mengakhiri
rangkuman kisah ini.
Sungguh bagiku masih terlalu
misteri.

Katamu, 'tak usah kau ratapi'.
Bagiku, 'ini seperti mendzalimi
diri sendiri'.

Mungkin akulah lelaki yang
sebenarnya tumbuh dalam
bayang2 dongengmu selama ini.
Aku hidup untuk meludahi &
menertawakan deritaku sendiri.

Maka, biarlah di pangku langit
aku rebahkan tabir nasib ini.
Di punggung bumi aku kubur
misteri hidup ini.

Garis langkah adalah garis nurani
yang harus aku tempuh
sendiri.
Meski aku harus terperangkap
rayuan angin yang
dengan lembut mencumbui
hasrat ini.


Oleh : Darah Purnama

BACA JUGA

Ditulis Oleh : Unknown // 6/10/2013

2 komentar:

  1. wihh mas mahfud bagus banget ini tulisannya diksinya jg kyk uda profesional :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. sebanarnya ini puisi teman mbak,,
      puisi saya yang asli, dilampirkan pada postingan yang lain,,,

      Hapus